Momen akhir pekan menjadi salah satu
momen yang paling ditunggu para pegawai KPPN Ruteng, Hari libur tersebut
kami manfaatkan untuk kegiatan Memancing berhubung Kota Ruteng Berada
di daerah Pegunungan untuk kegiatan memancing ini harus dilakukan di
daerah Reo sekitar 50 KM dari Kota dimana KPPN Ruteng berada, untuk
menuju daerah tersebut kami memerlukan waktu sekitar 2 Jam Perjalanan
Darat dengan medan seperti jalan-jalan di daerah Flores pada umumnya,
jalan penuh dengan tikungan tajam dengan jurang disisi kanan kirinya.
Selama perjalanan menuju Reo disuguhkan
dengan pemandangan persawahan yang sangat indah dan subur, mungkin orang
yang belum pernah pergi ke NTT khususnya flores berpikir bila mendengar
kata flores adalah daerah yang gersang, tandus, dan sulit air saya jadi
teringat ejekan teman saya ketika awal-awal penempatan di KPPN Ruteng
yang berkata “Sumber Air Su dekat” hahaha… ternyata kondisi disini tidak
seperti yang dibayangkan, tanahnya subur, dan konon katanya Flores bisa
memenuhi kebutuhan berasnya sendiri (Tanpa Harus IMPOR) hehehe…
Foto Persawahan Flores
ISTIRAHAT SEJENAK SAMBIL MAKAN JAGUNG
Salah satu tanda-tanda kita sudah hampir sampai di Reo kita akan melalui
jalanan di pinggir sungai, sambil istirahat sejenak setelah kira-kira
satu setengah jam perjalanan kami istirahat sambil menyatap lemang,
makanan yang terbuat dari beras ketan, dan cara memasaknya pun cukup
unik, ketan dimasukkan kedalam bambu, ditutup dengan daun pisang, dan
bambunya dibakar, ada beberapa penjual lemang yang bisa ditemukan selama
perjalanan menuju Reo
Lemang Bakar
Maknyuss Sodara-Sodara
Setelah Perjalanan Darat Selama dua jam, kurang lebih jam tiga sore kami sudah sampai di pelabuhan, ternyata cuaca sore itu terlihat kurang mendukung, awan tebal ada diatas kami, lumayan lah membuat kami gundah gulana karena bisa batal naik kapal trus cuma mancing dipinggir pelabuhan, sambil menunggu kepastian antara hujan atau tidak kami duduk-duduk ngopi terlebih dahulu, sambil mempersiapkan mata kail kami, oh iya alat yang saya gunakan untuk mancing kali ini senar pancing sepanjang 300an meter, tanpa joran, hanya bambu saja untuk menggulung senar pancing itu, modal yang saya keluarkan gag sampai 100ribu, hanya untuk membeli senar pancing saja, untuk mata kail dan pemberatnya boleh gratis, mintaa keteman-teman yang lebih senior.. hehehe
Setelah hampir satu jam menunggu akhirnya langit sudah terang kembali, sangat berbahaya kalau kita dilaut ketika badai, selain ombak besar, kami juga takut tersambar petir, setelah dipastikan bahwa malam itu tidak akan ada badai, kami pun segera naik perahu nelayan yang sudah kami pesan telebih dahulu.
Hari itu kami ditemani nelayan, namanya Pak Arifin, sedikit cerita sudah puluhan tahun menjadi nelayan di daerah Reo, dulunya beliau tidak menggunakan perahu motor awalnya menggunakan sampan kecil, dan hanya ikut orang, ketika masih menggunakan tetapi alhamdulillah sekarang sudah punya perahu motor sendiri beliau cerita ketika menggunakan sampan kecil hasilnya tidak seberapa, bahkan bisa dibilang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, bahkan ketika anak pak arifin sakit, beberapa tahun yang lalu harus dirawat karena typus alhamdulillah ada ketika itu ada dokter yang baik, yang memperbolehkan membayar biaya perawatan dengan dicicil, biaya yang dikeluarkan saat itu 1,5 dan saat itu musim angin barat, terlalu berresiko untuk nelayan dengan perahu kecil katanya, beliau pun akhirnya ikut kapal besar, bayangkan untuk mencari 1,5juta saat itu harus bekerja selama 6 bulan, dan akhirnya kewajiban itu terbayar.
Akhirnya kami berlabuh, dan saya coba lempar pancing tidak terlalu lama terasa ada tarikan, tetapi sayang terlepas, dan sayangnya lagi lemparan pancing berikutnya tidak terasa ada ikan yang makan umpan. Karena dirasa sudah lama dan tidak dapat ikan, lagian arus ditempat itu sedang deras, kami pun pindah ke lokasi berikutnya, katanya spotnya ikan dan punya kedalaman yang lumayan sekitar 160an meter.